Senin, 12 Juli 2010

Mak



Mak,
Jauh sebelum hari ini
Tulisan ini sudah Aku tulis buatmu
Beribu tulisan Aku buat tuk gambarkan Cintamu
Sama banyaknya dengan tulisan keluh kesah tentang kekasih semu

Mak,
Dalam tercekat bibir ini, begitu sulit tuk ucapkan kumenyayangi
Sulit tuk berujar dalam suara lembut bahwa aku merindu
Kuhanya datang tanpa kata, mencium tangan keriputmu
Dan sekali hentakan kau ada dalam pelukanku, dalam gendonganku...
tubuhmu yang mungil sekarang mulai lemah diujung rambut yang beruban

Mak,
Kau pernah mintakan sesal kepadaku
Karena Kau tak bisa hadirkan dia dalam hidupku
karena Kau katakan aku akan ragu
dengan banyak kesulitan
dengan banyak hinaan
dengan banyak pelecehan
Karena Aku adalah lelaki, yang harus hidup sendiri
Yang memilih arah mata angin dengan intuisi

Doamu alirkan keheningan
menetes sejuk dalam tatapan itu
Sertaiku dalam pertempuran melawan hari
melawan mati
melawan hakiki
melawan hati
Dan aku sendiri,
menginjak dan padamkan bara api
membakar dan menghidupkan lagi sejati

Kuingin diujung harimu
pusaramu
adalah tempat aku
menunggu
tuk kumpulkan embun yang tercecer
Memandikan sukmaku dari dinginnya tanah kubur
dan Kembang yang rontok semerbak mewangi
selalu tumbuh dan hidup
dalam hatiku
dalam jiwaku
dalam hidupku
Karena Kau adalah Ibuku

Sampaikan juga salam buat Ayahku
Yang tak mau menunggu
Yang tak sempat bertemu

( Bukan cuma hari ini, tapi setiap hari..
Berhembusnya simpuh ini, pasti selalu sampai dikakimu )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar